Senin, 28 Mei 2012

VALENTINA - Cerpen

SINOPSIS
 











VALENTINA
Karya : Septaninda Putri Vikayanti


            Pagi yang cerah untuk menanti pengumuman kelulusan, Tina yang sedari tadi mondar-mandir keluar pintu rumah dengan rasa cemas berharap menerima surat tanda “LULUS”. Disisi lain Jessi sangat tenang menanti detik-detik pengumuman, karena Jessi yakin bahwa dia akan lulus. Kembali ke Tina, akhirnya dia mendapat surat dari tukang pos yang sedari tadi ditunggunya, surat dengan pelan dibukanya, setelah terbuka dengan sangat hati-hati Tina membacanya, begitu bahagianya dia saat mengetahui bahwa dia dinyatakan “LULUS”, Tina melompat kegirangan dan senang sekali, dia masuk kedalam rumah memeluk Bunda dan Ayahnya.
            Handphone Tina berdering, panggilan masuk dari Jessi
Jessi : Gue lulus loh (dengan gembiranya)
Tina : Gue juga, yuk jalan-jalan ke Perancis ?? (tidak berhenti tersenyum)
Tiba-tiba telepon terputus, ternyata pulsa Jessi sudah habis dan tidak bisa melakukan panggilan, dengan pesan singkat Jessi mengirim kepada Tina
“sorry ya pulsa gue habis,
gue udah siapin tiket buat loe and Vicky
loe harus bisa ya, berangkatnya 1 minggu lagi”….
            Setelah membaca pesan singkat yang sesingkat-singkatnya, Tina melempar handphone ke kasurnya dan pergi untuk mandi.
            Vicky yang sudah siap dengan mobil Sport terbarunya mulai berangkat menjemput Tina. Sudah terparkir rapi mobil Vicky didepan rumah Tina, Tina keluar dengan dandanan yang sangat cantik jelita bagaikan seorang Putri.
            Acara hari ini adalah acara untuk mendaftar ke tempat mereka akan kuliah, Vicky ini adalah sahabat terbaik Jessi dan Tina. Vicky lebih dahulu mengenal Jessi dari pada Tina. Ttiinnn ttiinnn, suara klakson menderu-deru di depan rumah Jessi, Jessi tak kalah cantik dengan Tina, meski kulit Jessi sedikit agak coklat dari pada Tina namun Jessi sangat manis sekali.
            Vicky menyetel music didalam mobilnya, dari pada bosan Tina mengajak bercanda Jessi dengan menyebutkan bahwa Vicky menyukai Jessi, tidak salah memang Tina berkata seperti itu, karena sesungguhnya Jessi benar mencintai Vicky, hanya saja Jessi menyadari Vicky sudah memiliki kekasih yang dianggapnya jauh lebih baik. Vicky hanya melempar senyuman kepada kedua gadis cantik-cantik tersebut.
            Jessi melirik handphone Vicky yang tergeletak disebelah Vicky, handphone yang terus berdering, panggilan dari “Cicitcuit” alias kekasih Vicky yang bernama CICI, Tina melihat wajah Jessi yang sedikit agak kesal karena melihat handphone Vicky terus menyala.
            Sampai dikampus, pertama Vicky turun dari mobil, kemudian membukakan pintu untuk Jessi lalu Tina, Tina menatap luasnya kampus yang akan dia gunakan sebagai sarana belajar, Tina, Jessi, dan Vicky akan berada pada satu kampus, namun mereka memiliki jurusan yang berbeda, Tina akan mengambil jurusan Akutansi, Jessi memilih Kedokteran, sedangkan Vicky memilih Seni.
            Mereka bertiga berjalan melihat-lihat keadaan kampus, sungguh sangat mewah sekali. Tina berjalan dibelakang Jessi dan Vicky, Vicky melambaikan tangan kepada seseorang dan orang itu mendekat, dia cantik sekali, tinggi , putih, wangi, dia adalah Cici, Cici berasal dari SMA yang berbeda, namun Vicky dan Cici akan berjanji untuk satu kampus bersama. Jessi lebih memilih pergi dengan alasan ingin melihat isi kampus lalu meninggalkan Vicky, Cici dan Tina, Tina bingung dan dengan spontan Tina menyusul Jessi yang berjalan dengan hampir meneteskan air mata karena cemburu
“loe kenapa?” sambil menyodorkan tissue ke Jessi
“apa’an sich loe, ya gue gag kenapa-kenapa la” sambil memukul Tina dengan pelan
            Mereka berjalan sampai Tina ingin buang air kecil, Jessi yang bingung dimana letak kamar mandi wanita menyuruh Tina masuk ke kamar mandi laki-laki , “mumpung sepi” pikir mereka. Dengan segera Tina masuk dan menutup pintu “AAAAaaaa…AAaa” jerit Tina dari dalam kamar mandi.
“siapa loe?” sambil menunjuk Tina
“kenapa loe masuk kamar mandi cowok” nyolot
“sorry, gue gak tahu kamar mandi cewek” Tina sambil menundukkan kepala
“sana loe pergi” laki-laki tersebut mengusir Tina yang belum sempat buang air kecil.
            Tina terdorong hingga hampir jatuh, Jessi kaget melihat Tina yang sedang dikasari oleh seorang cowok, tidak disangka Vicky berlari dan menanyakan apa yang terjadi, segera dia meluruskan masalah ini. Cowok itu menunjukkan dimana toilet wanita namun dengan nada kesal. Dengan kesal pula Tina menggeret tangan Jessi dan segera pergi dari cowok menyebalkan itu. Tiba-tiba langkah Jessi terhenti, Tina menatap wajah Jessi dengan bingung, perlahan Jessi menoleh  kebelakang yang baru sadar akan kehadiran Vicky, ternyata sesaat ditoleh, Jessi melihat tangan Vicky sedang menggandeng erat tangan Cici.
            Dengan perasaan yang campur Jessipun berlalu, “Loe masih cinta sama Vicky?” sela Tina sambil menggigit jari polos, Jessi hanya tersenyum dan menaikkan bahu pertanda dia tak tahu.
            Siang itu disudut lorong terdapat lima cowok yang tampan sekali, dia bernama Miko, Adi, Jordan, Kiky, Valent, dan Angga. Mereka asik mengobrol sambil membawa minuman bersoda seperti coca-cola dan sprite, Tina terdiam ketika melihat cowok-cowok yang cool banget dikampus itu. Tangan Jessi melambai didepan wajah Tina “hello…” sambil terus membuyarkan lamunan Tina, ia terkejut dan tersenyum lalu ketawa.
            Salah satu diantara lima cowok tersebut mampu mengundang perhatian Tina, gadis cantik itu terpesona ketika melihatnya. Tina berfikir bahwa itu hal yang mustahil dia dapat bertemu kembali dengan salah satunya. Mungkin kalau memang bertemu itupun pasti dengan pacarnya.

***
Hari ini persiapan Jessi, Vicky dan Tina ke Perancis, dengan tampangnya yang sok cool Vicky mengenakan jacket yang di kado dari Jessi di ulang tahunnya dua bulan lalu. Jessi tak lepas dari wajah bahagia, dia merasa senang karena dapat pergi bersama dengan Vicky tanpa Cici pacarnya yang selalu dibangga-banggakan.
            “uda siap belom?” Tanya Tina sambil membenahkan kancing lengannya, “sip” jawab Vicky dengan mantab sambil mengacungkan jempol. Mobil sudah tertata rapi didepan rumah Jessi, koper-koper sudah masuk kedalam bagasi, mereka siap ke bandara dan meluncur ke Perancis.
            Tina yang baru pertama kali naik pesawat wajahnya terlihat tegang, Jessi dan Vicky hanya bisa menertawainya, ketika pesawat sudah berangkat Tina mulai berdo’a agar diberi keselamatan. Setengah perjalanan Tina ingat bahwa dia ketinggalan harus membawa Camera, dia sangat bingung sekali, mencoba mengecek di tas kecilnya dan ternyata memang tertinggal.
            Udara yang sejuk dan indah, ini lah yang disebut Perancis, mereka bertiga menginap di Hotel Jays Paris.
            Belanja-belanja dan belanja, itulah kerjaan Tina dan Jessi, Vicky sibuk mengangkat telponnya untuk mencari sinyal. Mereka berjalan berfoto-foto menggunakan camera Vicky di depan menara Eifel, wow senangnya… , cuaca hari ini sangat dingin sekali, hidung Tina sampai merah dan mengeluarkan darah akibat dia tidak tahan dengan dinginnya udara disana, Jessi panic sekali dan mencari pertolongan pertama. Vicky membersihkan darah yang terus mengalir dihidung Tina, sedangkan Jessi menyiapkan air panas untuk bisa dihirup oleh Tina, agar merasa hangat.
            Ramainya malam hari disini akibat adanya parade di sepanjang jalan kota Paris, dengan jaket tebal dan sarung tangan hangat Jessi keluar dari hotel dan mencari minuman panas, jalan yang berdesak-desakan membuat Tina malas untuk keluyuran, dia hanya berjalan dibalkon hotel lantai Sembilan. Memanjakan mata dengan melihat parade dari atas, dan ketika matanya menjelajah, dia melihat seorang laki-laki yang juga ternyata sedari tadi memperhatikannya. Laki-laki tersebut melempar senyum dan melambaikan tangan, Tina melihat disekelilingnya tidak ada siapa-siapa, jadi dia pikir laki-laki tersebut melambaikan tangan untuknya, Tina membalas dengan melambaikan tangan pula.
            Tiba-tiba laki-laki tersebut menghilang ketika Tina mengalihkan penglihatan, mencari kesana kemari namun tidak ada, dan tok tok tok … ada suara orang mengetuk pintu, dengan perlahan dibukanya pintu itu, ohh Tina terkejut, itu adalah laki-laki yang dilihatnya tadi, aneh memang, dia bertanya-tanya dalam hati, terpaku dan membisu “helloo…” sambil melambaikan tangan didepan wajah Tina. Valent my name, you who? do you live in France?” mengulurkan tangan , oh my name is Tina, I live in Indonesia, I come here just for vacation. please come in” dengan sabar Tina mempersilahkan masuk dengan senyuman hangat.
            “jadi kamu dari Indonesia? Aku juga loh, tapi wajah kamu seperti orang Perancis” Valent bersuara ketika diam sejenak. Seperti biasa yang dilakukan Tina hanya tersenyum dan tersipu malu, dihati dia berkata “duh, ni cowok keren banget sih? Pengen gue bawa pulang aja”. Valent menyukai kepolosan Tina yang sedari tadi hanya mampu tersenyum. Vicky yang tak nampak batang hidungnya dari tadi tiba-tiba muncul bersama Jessi, didepan pintu yang tak muat diisi mereka berdua menatap Tina tajam-tajam, termangu dan bingung. Jessi menggeret Tina kepojok ruangan “eh loe kenapa masukin cowok ke hotel? Loe ngapain aja? Atau loe dibayar ya? Dia siapa? Dari mana? Sama siapa kesini?” mulut Jessi yang tak henti bertanya ditutup rapat dengan tangan Tina, Tina menjelaskan semua yang terjadi, yach akhirnya Jessi mengerti, tinggal Vicky aja yang masih mengeluarkan asap kecurigaan.
            Waktu berlalu dan akhirnya suasananya bisa normal kembali. Saat sarapan pagi di restoran L'Astrance Jessi bertemu dengan Darwin yang tidak lain adalah mantan keksihnya, Jessi melirik Tina dan Vicky sebagai tanda pemberitahuan bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi. Dengan serentak Vicky dan Tina menoleh kearah tujuan mata Jessi. Darwin berjalan dengan tangan kanannya yang membawa minuman serta tangan kirinya membawa semangkuk sup. Belum dipersilahkan duduk, Darwin sudah leluasa seenaknya duduk disamping Tina dengan gaya Playboynya itu dan merangkul pundak Tina.
            Langsung saja Tina berdiri dan pergi dari restoran itu, Jessi dan Vicky lalu menyusulnya. “gue sebel sama mantan loe yang sok ganjen, ngapain juga ketemu sama tuh cowok rese’?”, Tina berkata sambil komat-kamit karena sebel sekali dengan Darwin. Mereka tidak berharap bertemu dengan Darwin lagi.
            “hey” sapa seorang laki-laki kepada Tina. “itu Valent” sambil menunjuk kearah Valent “hay” kali ini dia melambaikan tangan. Valent menghampiri Tina dan Jessi menggeret Vicky untuk pergi meninggalkan mereka berdua. “kapan pulang ke Indonesia?” Tanya Valent sambil menggesekkan kedua tangannya akibat cuaca dingin, “nanti malam” jawab Tina dengan melempar senyum dan tatapan mata penuh cinta. Bahagia dihati mereka berdua, mereka sama-sama cinta saat pandangan pertama, namun takut untuk mengungkapkan satu sama lain.
            Beres sudah semuanya, saatnya Tina, Jessi, dan Vicky bersiap kembali ke Indonesia. Ketika Jessi harus membuka pintu kamar hotelnya, sudah terdapat Valent yang berdiri didepan pintu menunggu Tina. Hemmm…sepertinya tatapan mata Jessi juga sama seperti perasaan Tina, apa yang sedang terjadi? Akhirnya mereka menuju ke bandara bersama-sama.

***
            Lelah namun menggembirakan, itulah dirasakan anak muda yang baru berlibur di Perancis, banyak oleh-oleh yang dibawa Tina, khususnya sepatu.
            Sekarang saatnya Tina untuk bersiap-siap ke kampus barunya dan menjalani ospek, yang paling benci dengan hal ini adalah Jessi, kali ini Tina dan Jessi terpisah. Hingga siang hari Jessi bertemu dengan Valent yang ternyata juga kuliah ditempat yang sama. Deg deg-an hati Jessi saat menyapa Valent yang sedang duduk bersama teman-temannya.
            Valent mempersilhkan duduk dan mengajak untuk minum bersama. Banyak hal yang mereka bicarakan, mulai dari pertemuan di perancis hingga masalah pribadi. Tanpa disengaja Tina melihat Jessi yang sedang asik bersama Valent, sebenarnya Jessi mengetahui keberadaan Tina, hanya saja dia tidak ingin diganggu.
            Sepertinya ada perang dingin diantara Tina dan Jessi, dari pada sakit hati melihat Valent dan Jessi bersama, Tina memutuskan untuk pergi ke taman kampus.
            “beb, aku sayang banget sama kamu” kata Vicky sambil memegang tangan Cici, “aku juga Vic!” dengan mencubit lengan Vicky. Kemesraan diantara mereka semakin terlihat saja. Kasih sayang yang mungkin tidak akan pernah luntur apabila mereka akan menjaganya dengan sebaik mungkin, namun sayangnya. Ketika hari esok, Cici memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Vicky, karena Cici harus memilih laki-laki lain yang mampu menggeser Vicky dari hatinya.
            Entahlah, mungkin itu yang terbaik. Tina menjadi tiang penyangga untuk Vicky, mendukung dan menyemangati Vicky untuk tidak terpuruk dalam masalah CINTA.
            Sudah beberapa bulan tidak ada kabar mengenai Jessi, apa dia sudah hanyut dimakan oleh air laut?. Dengan headphone ditelinga dan asik mendengarkan lagu ada seseorang memegang pundak Tina dari belakang, Tina langsung berdiri dan menoleh “oh kamu” sambil memegang kepalanya “kamu apa kabar? Kuliah disini juga? Aku tidak sempat meminta nomor hp kamu” kata Valent. Tina memberi nomor handphonenya dan berbincang-bincang hangat di tangga koridor kampus. Tina terus memandangi wajah Valent
“kamu kenapa?” Tanya Valent sambil memegang wajahnya “apa ada yang salah” tanyanya lagi
“oh nggak kok, sepertinya aku mengenal kamu sebelum pertemuan kita di perancis?” dengan nada heran dan sepertinya ingat sesuatu
“sekarang aku ingat” sambil memegang kedua pipi Valent “aku pernah melihat kamu ketika aku pertama mnginjakkan kaki disini. Saat itu kamu bersama teman-temanmu dan kamu tidak mengetahuiku”. “oh ya” dengan senyum lebar-lebar. Tina mengangguk dengan semangat.
            Disini lah Valent memberanikan diri untuk mengungkapkan cintanya kepada Tina. Belum sempat Tina menjawab dia menyadari ada yang meperhatikannya dibalik tembok. Ya.. itu adalah Jessi yang memperhatikannya, Tina langsung melepas genggaman tangan Valent dan buru-buru pergi. Tina mengerti bahwa Jessi mencintai Valent, dia tidak ingin membuat Jessi marah atahupun sedih, merelakan kebahagiannya sendiri demi seorang sahabat.
            Jessi menghampiri Valent, “hey Jess, aku tadi….” Belum lengkap Valent berkata, jari telunjuk Jessi mendarat dibibir Valent, tanda agar Valent tidak menjelaskan apapun. “aku tahu apa yang terjadi” tiba-tiba Jessi berkata. Valent menatap mata Jessi dalam-dalam dan mencari tahu apa yang sebenarnya. Tanpa basa-basi Jessi langsung menjelaskan bahwa dia mencintai Valent, yang ternyata Valent tidak mencintainya melainkan mencintai sahabat baiknya. Dalam kejadian ini, Jessi mulai menghindar dari Tina.
            Malam ini adalah malam tahun baru, Tina mengajak Jessi untuk sekedar makan malam bersama dengan Vicky dan Valent, Jessi meng-iyakan ajakan Tina dengan alasan ingin bertemu dengan Valent. Apabila Jessi bahagia bersama Valent, Tina rela melepaskan Valent untuk sahabatnya. Meski Tina dan valent belum terikat dalam kata Cinta, namun sudah terlihat jelas dari getaran rasa mereka.
            Dalam suasana hangat Tina, Jessi, Valent, dan Vicky makan malam bersama di sebuah restaurant yang mengusung tentang Alam, restaurant yang cantik. “ehem” Vicky berdehem “kenapa diem-dieman gini sih? Gag asik deh” kata Vicky, Tina dan Valent saling melirikkan mata, dan berpandang-pandangan. “maksud dari acara ini adalah aku ingin mengatakan…”
“kamu suka sama Valent? Iya? Kamu mau bilang sama kita semua kalau kamu suka sama Valent?” sahut Jessi
apa-apa’an sih loe Jess?” Vicky mencengkeram lengan jessi “eh loe harus ngerti, mereka itu saling suka?” sambil menunjuk Valent dan Tina, mereka hanya bisa menunduk “trus kenapa kalo mereka saling suka?”
“karena gue suka sama Valent?” jessi kelepasan bicara
Semua kaget dan melihat kearah Jessi, sepertinya Jessi sudah mulai terpojokkan hatinya, dia langsung pergi meninggalkan acara makan malam yang seharusnya berjalan dengan baik. Maksud Tina ingin menyusul Jessi tetapi tangan Tina ditarik oleh Valent dan menyuruhnya untuk melanjutkan makan saja, membiarkan jessi agar tenang dahulu.
            “gue balik dulu ya” kata Vicky.
            “mungkin Jessi mencintaiku, namun aku mencintaimu” sambil memegang tangan Tina, “aku tak ingin egois, lupakan aku, Jessi lebih membutuhkanmu”dengan meneteskan air mata. Tina mengirim surat untuk Jessi
Perasaan tak menentu menghantui Tina saat ini, dia berada pada pilihan yang sulit untuk memilih Valent atahukah Jessi. Mereka sangat penting bagi kehidupan Tina, sama-sama berharga.
            Disisi lain ada Jessi yang sedang memikirkan dirinya sendiri, Vicky yang bersamanya mencoba menjelaskan “loe kenapa si jadi kayak anak kecil gini, loe tahu nggak kalau mereka itu saling mencintai, Tina yang pertama bertemu dengan Valent, jadi dia yang pertama memiliki rasa ke Valent, loe itu…..”
stop ceramahin gue, oke gue akui gue kayak anak kecil, tapi kenapa gue selalu gagal dalam cinta, pertama gue gagal mencintai elu, sekarang apa gue harus ngalah untuk ninggalin Valent?”, kali ini Valent yang tercengang dengan perkataan Jessi barusan, dia mendekati Jessi yang berdiri didepan mobilnya, Jessi baru menyadari bahwa dia membicarakan yang harusnya menjadi rahasia hatinya.
            “maksud loe? Loe suka sama gue?” sambil menatap mata Jessi. Tanpa menjawab Jessi membuka pintu mobil dan segera mengambil tas di jok mobil Vicky lalu pergi dengan naik taxi yang baru saja dia hentikan.
            Ramai didepan kampus, banyak bus berjejer. Yah…sekarang adalah acara dimana para mahasiswa dan mahasiswi dibina untuk dapat mandiri. Agenda yang pertama adalah camping, lalu malam pensi, dan mengumpulkan dana yang akan dibagikan kepada panti asuhan. Dengan tas yang lumayan besar dipunggungnya Miko berlari dan berhenti tepat disebelah Cici. Mereka saling menatap dan tersenyum. Jessi yang berharap tidak satu bus dengan Valent dan Tina malah kejadian.
            Vicky kesal sekali ketika melihat Cici bersama Miko, namun Vicky juga bingung dengan perkataan Jessi, dia tak pernah lepas dari bayangan itu sejak kejadian 1 bulan lalu. Berhubung Vicky itu orangnya cuek, so dia tidak peduli dengan itu, yang dia pikirkan hanya melangkah kedepan tanpa menoleh kebelakang.
            Ketika memasuki bus nomor dua, Jessi tidak kebagian tempat duduk, Tina berusaha mengambil hati jessi, dia tidak ingin hanya karena Valent, persahabatn menjadi pecah. Sayangnya Jessi menolak untuk menerima tawaran Tina. Valent yang sudah duduk dengan nyaman sambil membaca buku menjadi terusik dengan perdebatan Tina dan Jessi. Akhirnya Jessi bersedia duduk disebelah Valent karena bujuk rayunya Tina.
            Sebenarnya Jessi sangat senang ketika harus duduk dengan valent, itu tandanya dia memiliki kesempatan untuk mengambil hati valent, Tina merasa sedih yang awalnya harus bersama Valent harus menjadi bersama Jordan si super jail. Tidak henti-hentinya hidung Tina dimainin sama Jordan. Dalam hati Tina merasa kesal, bukan karena jessi bersama Valent, melainkan mengapa dia harus masih bisa melihat jessi dan valent bercanda. Oh cobaan cinta apa lagi yang harus diterima Tina?
            Aku harap kamu segera mengungkapkan perasaanmu
            Jika kamu mencintai aku belajarlah mencintai jessi
            Terimalah dia sebagai cintamu
            Mungkin aku bukan takdirmu
            Jika kamu ingin melihatku bahagia
            Aku bahagia jika kamu bersama dengannya
Itu adalah pesan singkat yang dikirim Tina untuk valent. Saat semua sibuk mendirikan tenda, Valent menghampiri Jessi, dibawah pohon yang rimbun Valent mencoba mengikuti kata Tina, mengungkapkan cintanya kepada Jessi. Dibalik tenda disitulah Tina mendengarkan semuanya, melihat Valent ketika harus mencium kening Jessi, bagaikan hati penuh dengan luka sayat, mencoba untuk tetap tenang dan pelan, tidak meneteskan air mata ataupun berteriak.
            Jessi nampak bahagia karena cintanya bersama Valent dapat menyatu. Tapi bagaimana dengan Valent? Apakah dia bahagia pula? Sesungguhnya dia tidak merasakan apa-apa, dia masih tetap mengingat Tina sebagai cinta pertamanya. Walaupun kini Valent telah bersama Jessi, dia tetap tak akan mampu meninggalkan Tina.
            Malam hari saat semua tertidur lelap Tina masih terjaga. Dia melamun dibawah indahnya bintang-bintang ditemani api unggun yang menghangatkannya, “kamu belum tidur?” jessi datang kepada Tina, “belum Jess” menjawab dengan santai
“makasih ya”
“makasih buat apa Jess?”
“sekarang aku bahagia, Valent ternyata mencintai aku” sambil memeluk Tina
“iya Jess, selamat yah” dengan berat menahan air mata “jaga Valent dengan baik” berusaha menghibur diri sendiri.
            Embun pagi membasahi rumput-rumput hijau disekitar area perkemahan, semua sudah siap untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan yaitu mencari hartakarun. Mata memang tidak bisa bohong, bahwa Tina terlihat ingin sekali satu kelompok dengan Valent. Itu sia-sia, Jessi lah yang harus satu kelompok dengan Valent.
            Satu lagi hal yang paling membuat hati teriris, Tina menyaksikan Jessi harus digendong Valent saat melakukan pencarian harta karun karena kaki Jessi terkilir. Tina mngalihkan penglihatan dan focus pada anggotanya. Mencoba mencari kesibukan untuk menghilangkan pikiran yang menyita waktu.

***
            tepat satu bulan Valent dan Jessi berpacaran, dan hari ini pula Jessi berulang tahun, kado istimewa dari Tina adalah kalung putih berhias kupu-kupu, dan kado yang tak terlupakan dari Valent adalah sebuah cincin. Dia memasangkan di jari manis Jessi, senyum yang tak henti mengembang, tak kuat melihat semua ini, Tina memutuskan untuk pergi. “aku ke toilet dulu ya” bisik Valent sambil memegang pipi Jessi, Jessi hanya mengangguk dengan senyuman.
            Valent mencari Tina disudut tempat lalu menemukannya sedang duduk seorang diri. Valent menyodorkan sapu tangan “ini”
“kamu bahagia?” Tanya Tina sambil mengusap air mata
“kamu masih mencintai aku?” Valent Tanya balik
Tina berusaha tidak menatap mata Valent, karena dia takut akan menjatuhkan air mata.
“kamu yang menyuruhku untuk bersamanya bukan?” tegas Valent dengan pelan
Tiba-tiba Valent memeluk Tina, disaksikan Jessi yang melihatnya dari kejauhan, “apa mereka masih saling mencintai?” hati kecil Jessi berkata.
            Tina meminta untuk kembali ke acara Jessi, dia tidak ingin mengganggu kabahagiaan Jessi.
            Pesta telah usai, “Tina” panggil jessi ketika Tina akan memasuki mobil Vicky, dia menoleh dan kembali menghampiri Jessi yang juga ada Valent disisinya. “pernahkah loe tahu dalam persahabatan mengajari sebuah kebodohan?” memegang pundak Tina. Dia tidak tahu apa maksud Jessi berkata seperti itu, Jessi menjelaskan bahwa dia mencintai Valent. Namun dia menyadari bahwa selama ini hati Tina penuh dengan luka tusukan akibat kebohongannya pada perasaannya sendiri.
            Setelah hening sesaat Valent mulai bersuara, dia mengatakan untuk tidak menjalani hubungan dengan siapa-siapa, mungkin lebih baik apabila berjalan sendiri sehingga tidak ada yang terlukai, tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.
            Kicauan burung pagi hari dan suara kendaraan yang lalu lalang didepan rumah Vicky membuatnya terbangun dari lelapnya dalam mimipi. Ibunya menyiapkan sarapan didapur bersama dengan adik kecilnya yang masih Playgroup. Kuliah seni membuat Vicky semakin berkreasi dan menghasilkan karya-karya yang indah, dia akan mengikuti lomba hari ini, lomba tentang kreasi gambar. Bakatnya mencoret-coret kertas sehingga menghasilkan karya yang sempurna.
            Duduk didepan TV sambil memangku sekaleng krispi Tina dengan asiknya sehingga tidak mendengar panggilan Bundanya. “gini ya kerjaan anak perawan jaman sekarang?” dengan nada nyindir, Tina melompat dari kursi dan hanya cengar-cengir. Dari pada kena marah lagi dia segera mematikan TV dan berangkat melakukan pekerjaan yang disuruh bundanya tadi.
            Waktu menunjukkan pukul 11.00, Jessi datang kerumah Tina dengan maksud mengajaknya melihat jalannya lomba yang akan diikuti oleh sahabatnya “Vicky”. Digedung yang sebesar ini masih saja berdesak-desakkan masuk untuk melihat, apa saking banyaknya orang atau gedungnya ya yang memang kecil?. Entahlah, disitu ada cici juga mantannya Vicky, kalian inget kan? Dia sengaja datang untuk melihat Vicky, walaupun sengaja namun dia tetap mengajak Miko “PACAR BARUNYA” itu. Vicky sudah tidak kesal tuh, dia sudah melupakan segalanya, baginya didunia ini nggak Cuma Cici yang menjadi seorang “wanita”.
            Valent juga ada loh disitu, dia mengikuti kemanapun Tina pergi. “aku mau ngomong” sambil menarik tangan Tina “apa” menjawabnya dengan lembut, Valent menyodorkan sebuah tiket dan surat perpindahan kuliah. “kamu ..??”
“ya, aku akan melanjutkan pendidikanku di Jepang”
“untuk apa?”
“untuk mengikuti langkah orang tuaku”
Valent memeluk tina dengan erat di sudut gedung yang agak sepi dari pengunjung. Jessi melihat dari kejauhan dengan tersenyum tapi juga menangis.
            Dalam perjalanan pulang didalam mobil Jessi membicarakan tentang kemenangan Vicky hari ini, tiba-tiba Tina memotong “Valent pergi” air mata kembali menetes, Jessi melirik Vicky “maksudnya apa Tin?” Tanya Vicky
“entahlah”
“loe masih ada rasa sama valent?” sahut jessi
“gak papa lagi Tin, gue sadar gue salah, valent lebih mencintai loe?” tambah Jessi.
Valent sudah berangkat ke Jepang, Tina belum sempat mengungkapkan perasaannya, kini dia tidak bisa lagi menerima orang lain, karena dia percaya bahwa valent akan kembali untuknya.

***
Tujuh tahun kemudian,…
Jessi, Tina, dan Vicky telah memiliki pekerjaan, hidup mereka tidak tergantung lagi dengan orang tua. Tina pergi ke café sendirian hanya untuk bermain-main dengan laptop “Tina..” panggil Jessi sambil berlari senang karena bertemu tina kembali, setelah sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing. “loe kemana aja tin?” sambil merapikan rambutnya “sorry..” sambil menggigit bibir bawahnya, “nih..” Jessi memberikan sebuah undangan, “apa?” penasaran “baca aja” sambil menganggukkan kepalanya.
Tina membaca undangan yang diberikan jessi, dia terkejut “loe? Loe nikah Jess? Sama Vicky? Kok bisa? Gimana caranya? Kapan?” sambil menggoyangkan tubuh jessi. Hanya mendapat balasan senyuman yang lebar dari bibir jessi.
14 February, pesta pernikahan yang mewah dan megah, tema serba putih nan menawan, Jessi terlihat sangat cantik sekali, ketika Vicky mencium kening jessi semua orang bertepuk tangan dan bersorak, Tina merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh sahabatnya tersebut, akhirnya Vicky dan Jessi dapat bersama, cinta Jessi dapat menyatu setelah harus dipisahkan segela kejadian. Tina teringat akan kehadiran valent beberapa tahun silam, dia merindukan laki-laki yang telah membuatnya tidak bisa jatuh cinta kepada laki-laki lain.
Saat Tina berbalik badan dan menundukkan kepalanya, dia melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala, laki-laki yang ada didepannya adalah Valent, valent mengusap air mata yang menetes dipipi Tina. Tina bahagia dan memeluk Valent. Jessi dan Vicky menghampiri mereka berdua Jessi meraih tangan Tina dan tangan Valent “aku ingin kalian seperti kami, percayalah Valent bahwa Tina tak pernah melupakanmu, dan kamu Tina percayalah bahwa Valent merindukanmu”. Ini adalah rencana Jessi dan Vicky untuk mengundang Valent tanpa pengetahuan dari Tina.
Dihari kasih sayang ini adalah hari yang tak terlupakan, cinta yang menyatu setelah melalui berbagai halangan, harus terpisah jarak dan waktu.
Hari VALENTINE adalah hari menyatunya cinta untuk VALENTINA




                                                                                             PENULIS



                                                                         SEPTANINDA PUTRI VIKAYANTI


0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 28 Mei 2012

VALENTINA - Cerpen

Posted by : septaninda putri vikayanti di 04.56

SINOPSIS
 











VALENTINA
Karya : Septaninda Putri Vikayanti


            Pagi yang cerah untuk menanti pengumuman kelulusan, Tina yang sedari tadi mondar-mandir keluar pintu rumah dengan rasa cemas berharap menerima surat tanda “LULUS”. Disisi lain Jessi sangat tenang menanti detik-detik pengumuman, karena Jessi yakin bahwa dia akan lulus. Kembali ke Tina, akhirnya dia mendapat surat dari tukang pos yang sedari tadi ditunggunya, surat dengan pelan dibukanya, setelah terbuka dengan sangat hati-hati Tina membacanya, begitu bahagianya dia saat mengetahui bahwa dia dinyatakan “LULUS”, Tina melompat kegirangan dan senang sekali, dia masuk kedalam rumah memeluk Bunda dan Ayahnya.
            Handphone Tina berdering, panggilan masuk dari Jessi
Jessi : Gue lulus loh (dengan gembiranya)
Tina : Gue juga, yuk jalan-jalan ke Perancis ?? (tidak berhenti tersenyum)
Tiba-tiba telepon terputus, ternyata pulsa Jessi sudah habis dan tidak bisa melakukan panggilan, dengan pesan singkat Jessi mengirim kepada Tina
“sorry ya pulsa gue habis,
gue udah siapin tiket buat loe and Vicky
loe harus bisa ya, berangkatnya 1 minggu lagi”….
            Setelah membaca pesan singkat yang sesingkat-singkatnya, Tina melempar handphone ke kasurnya dan pergi untuk mandi.
            Vicky yang sudah siap dengan mobil Sport terbarunya mulai berangkat menjemput Tina. Sudah terparkir rapi mobil Vicky didepan rumah Tina, Tina keluar dengan dandanan yang sangat cantik jelita bagaikan seorang Putri.
            Acara hari ini adalah acara untuk mendaftar ke tempat mereka akan kuliah, Vicky ini adalah sahabat terbaik Jessi dan Tina. Vicky lebih dahulu mengenal Jessi dari pada Tina. Ttiinnn ttiinnn, suara klakson menderu-deru di depan rumah Jessi, Jessi tak kalah cantik dengan Tina, meski kulit Jessi sedikit agak coklat dari pada Tina namun Jessi sangat manis sekali.
            Vicky menyetel music didalam mobilnya, dari pada bosan Tina mengajak bercanda Jessi dengan menyebutkan bahwa Vicky menyukai Jessi, tidak salah memang Tina berkata seperti itu, karena sesungguhnya Jessi benar mencintai Vicky, hanya saja Jessi menyadari Vicky sudah memiliki kekasih yang dianggapnya jauh lebih baik. Vicky hanya melempar senyuman kepada kedua gadis cantik-cantik tersebut.
            Jessi melirik handphone Vicky yang tergeletak disebelah Vicky, handphone yang terus berdering, panggilan dari “Cicitcuit” alias kekasih Vicky yang bernama CICI, Tina melihat wajah Jessi yang sedikit agak kesal karena melihat handphone Vicky terus menyala.
            Sampai dikampus, pertama Vicky turun dari mobil, kemudian membukakan pintu untuk Jessi lalu Tina, Tina menatap luasnya kampus yang akan dia gunakan sebagai sarana belajar, Tina, Jessi, dan Vicky akan berada pada satu kampus, namun mereka memiliki jurusan yang berbeda, Tina akan mengambil jurusan Akutansi, Jessi memilih Kedokteran, sedangkan Vicky memilih Seni.
            Mereka bertiga berjalan melihat-lihat keadaan kampus, sungguh sangat mewah sekali. Tina berjalan dibelakang Jessi dan Vicky, Vicky melambaikan tangan kepada seseorang dan orang itu mendekat, dia cantik sekali, tinggi , putih, wangi, dia adalah Cici, Cici berasal dari SMA yang berbeda, namun Vicky dan Cici akan berjanji untuk satu kampus bersama. Jessi lebih memilih pergi dengan alasan ingin melihat isi kampus lalu meninggalkan Vicky, Cici dan Tina, Tina bingung dan dengan spontan Tina menyusul Jessi yang berjalan dengan hampir meneteskan air mata karena cemburu
“loe kenapa?” sambil menyodorkan tissue ke Jessi
“apa’an sich loe, ya gue gag kenapa-kenapa la” sambil memukul Tina dengan pelan
            Mereka berjalan sampai Tina ingin buang air kecil, Jessi yang bingung dimana letak kamar mandi wanita menyuruh Tina masuk ke kamar mandi laki-laki , “mumpung sepi” pikir mereka. Dengan segera Tina masuk dan menutup pintu “AAAAaaaa…AAaa” jerit Tina dari dalam kamar mandi.
“siapa loe?” sambil menunjuk Tina
“kenapa loe masuk kamar mandi cowok” nyolot
“sorry, gue gak tahu kamar mandi cewek” Tina sambil menundukkan kepala
“sana loe pergi” laki-laki tersebut mengusir Tina yang belum sempat buang air kecil.
            Tina terdorong hingga hampir jatuh, Jessi kaget melihat Tina yang sedang dikasari oleh seorang cowok, tidak disangka Vicky berlari dan menanyakan apa yang terjadi, segera dia meluruskan masalah ini. Cowok itu menunjukkan dimana toilet wanita namun dengan nada kesal. Dengan kesal pula Tina menggeret tangan Jessi dan segera pergi dari cowok menyebalkan itu. Tiba-tiba langkah Jessi terhenti, Tina menatap wajah Jessi dengan bingung, perlahan Jessi menoleh  kebelakang yang baru sadar akan kehadiran Vicky, ternyata sesaat ditoleh, Jessi melihat tangan Vicky sedang menggandeng erat tangan Cici.
            Dengan perasaan yang campur Jessipun berlalu, “Loe masih cinta sama Vicky?” sela Tina sambil menggigit jari polos, Jessi hanya tersenyum dan menaikkan bahu pertanda dia tak tahu.
            Siang itu disudut lorong terdapat lima cowok yang tampan sekali, dia bernama Miko, Adi, Jordan, Kiky, Valent, dan Angga. Mereka asik mengobrol sambil membawa minuman bersoda seperti coca-cola dan sprite, Tina terdiam ketika melihat cowok-cowok yang cool banget dikampus itu. Tangan Jessi melambai didepan wajah Tina “hello…” sambil terus membuyarkan lamunan Tina, ia terkejut dan tersenyum lalu ketawa.
            Salah satu diantara lima cowok tersebut mampu mengundang perhatian Tina, gadis cantik itu terpesona ketika melihatnya. Tina berfikir bahwa itu hal yang mustahil dia dapat bertemu kembali dengan salah satunya. Mungkin kalau memang bertemu itupun pasti dengan pacarnya.

***
Hari ini persiapan Jessi, Vicky dan Tina ke Perancis, dengan tampangnya yang sok cool Vicky mengenakan jacket yang di kado dari Jessi di ulang tahunnya dua bulan lalu. Jessi tak lepas dari wajah bahagia, dia merasa senang karena dapat pergi bersama dengan Vicky tanpa Cici pacarnya yang selalu dibangga-banggakan.
            “uda siap belom?” Tanya Tina sambil membenahkan kancing lengannya, “sip” jawab Vicky dengan mantab sambil mengacungkan jempol. Mobil sudah tertata rapi didepan rumah Jessi, koper-koper sudah masuk kedalam bagasi, mereka siap ke bandara dan meluncur ke Perancis.
            Tina yang baru pertama kali naik pesawat wajahnya terlihat tegang, Jessi dan Vicky hanya bisa menertawainya, ketika pesawat sudah berangkat Tina mulai berdo’a agar diberi keselamatan. Setengah perjalanan Tina ingat bahwa dia ketinggalan harus membawa Camera, dia sangat bingung sekali, mencoba mengecek di tas kecilnya dan ternyata memang tertinggal.
            Udara yang sejuk dan indah, ini lah yang disebut Perancis, mereka bertiga menginap di Hotel Jays Paris.
            Belanja-belanja dan belanja, itulah kerjaan Tina dan Jessi, Vicky sibuk mengangkat telponnya untuk mencari sinyal. Mereka berjalan berfoto-foto menggunakan camera Vicky di depan menara Eifel, wow senangnya… , cuaca hari ini sangat dingin sekali, hidung Tina sampai merah dan mengeluarkan darah akibat dia tidak tahan dengan dinginnya udara disana, Jessi panic sekali dan mencari pertolongan pertama. Vicky membersihkan darah yang terus mengalir dihidung Tina, sedangkan Jessi menyiapkan air panas untuk bisa dihirup oleh Tina, agar merasa hangat.
            Ramainya malam hari disini akibat adanya parade di sepanjang jalan kota Paris, dengan jaket tebal dan sarung tangan hangat Jessi keluar dari hotel dan mencari minuman panas, jalan yang berdesak-desakan membuat Tina malas untuk keluyuran, dia hanya berjalan dibalkon hotel lantai Sembilan. Memanjakan mata dengan melihat parade dari atas, dan ketika matanya menjelajah, dia melihat seorang laki-laki yang juga ternyata sedari tadi memperhatikannya. Laki-laki tersebut melempar senyum dan melambaikan tangan, Tina melihat disekelilingnya tidak ada siapa-siapa, jadi dia pikir laki-laki tersebut melambaikan tangan untuknya, Tina membalas dengan melambaikan tangan pula.
            Tiba-tiba laki-laki tersebut menghilang ketika Tina mengalihkan penglihatan, mencari kesana kemari namun tidak ada, dan tok tok tok … ada suara orang mengetuk pintu, dengan perlahan dibukanya pintu itu, ohh Tina terkejut, itu adalah laki-laki yang dilihatnya tadi, aneh memang, dia bertanya-tanya dalam hati, terpaku dan membisu “helloo…” sambil melambaikan tangan didepan wajah Tina. Valent my name, you who? do you live in France?” mengulurkan tangan , oh my name is Tina, I live in Indonesia, I come here just for vacation. please come in” dengan sabar Tina mempersilahkan masuk dengan senyuman hangat.
            “jadi kamu dari Indonesia? Aku juga loh, tapi wajah kamu seperti orang Perancis” Valent bersuara ketika diam sejenak. Seperti biasa yang dilakukan Tina hanya tersenyum dan tersipu malu, dihati dia berkata “duh, ni cowok keren banget sih? Pengen gue bawa pulang aja”. Valent menyukai kepolosan Tina yang sedari tadi hanya mampu tersenyum. Vicky yang tak nampak batang hidungnya dari tadi tiba-tiba muncul bersama Jessi, didepan pintu yang tak muat diisi mereka berdua menatap Tina tajam-tajam, termangu dan bingung. Jessi menggeret Tina kepojok ruangan “eh loe kenapa masukin cowok ke hotel? Loe ngapain aja? Atau loe dibayar ya? Dia siapa? Dari mana? Sama siapa kesini?” mulut Jessi yang tak henti bertanya ditutup rapat dengan tangan Tina, Tina menjelaskan semua yang terjadi, yach akhirnya Jessi mengerti, tinggal Vicky aja yang masih mengeluarkan asap kecurigaan.
            Waktu berlalu dan akhirnya suasananya bisa normal kembali. Saat sarapan pagi di restoran L'Astrance Jessi bertemu dengan Darwin yang tidak lain adalah mantan keksihnya, Jessi melirik Tina dan Vicky sebagai tanda pemberitahuan bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi. Dengan serentak Vicky dan Tina menoleh kearah tujuan mata Jessi. Darwin berjalan dengan tangan kanannya yang membawa minuman serta tangan kirinya membawa semangkuk sup. Belum dipersilahkan duduk, Darwin sudah leluasa seenaknya duduk disamping Tina dengan gaya Playboynya itu dan merangkul pundak Tina.
            Langsung saja Tina berdiri dan pergi dari restoran itu, Jessi dan Vicky lalu menyusulnya. “gue sebel sama mantan loe yang sok ganjen, ngapain juga ketemu sama tuh cowok rese’?”, Tina berkata sambil komat-kamit karena sebel sekali dengan Darwin. Mereka tidak berharap bertemu dengan Darwin lagi.
            “hey” sapa seorang laki-laki kepada Tina. “itu Valent” sambil menunjuk kearah Valent “hay” kali ini dia melambaikan tangan. Valent menghampiri Tina dan Jessi menggeret Vicky untuk pergi meninggalkan mereka berdua. “kapan pulang ke Indonesia?” Tanya Valent sambil menggesekkan kedua tangannya akibat cuaca dingin, “nanti malam” jawab Tina dengan melempar senyum dan tatapan mata penuh cinta. Bahagia dihati mereka berdua, mereka sama-sama cinta saat pandangan pertama, namun takut untuk mengungkapkan satu sama lain.
            Beres sudah semuanya, saatnya Tina, Jessi, dan Vicky bersiap kembali ke Indonesia. Ketika Jessi harus membuka pintu kamar hotelnya, sudah terdapat Valent yang berdiri didepan pintu menunggu Tina. Hemmm…sepertinya tatapan mata Jessi juga sama seperti perasaan Tina, apa yang sedang terjadi? Akhirnya mereka menuju ke bandara bersama-sama.

***
            Lelah namun menggembirakan, itulah dirasakan anak muda yang baru berlibur di Perancis, banyak oleh-oleh yang dibawa Tina, khususnya sepatu.
            Sekarang saatnya Tina untuk bersiap-siap ke kampus barunya dan menjalani ospek, yang paling benci dengan hal ini adalah Jessi, kali ini Tina dan Jessi terpisah. Hingga siang hari Jessi bertemu dengan Valent yang ternyata juga kuliah ditempat yang sama. Deg deg-an hati Jessi saat menyapa Valent yang sedang duduk bersama teman-temannya.
            Valent mempersilhkan duduk dan mengajak untuk minum bersama. Banyak hal yang mereka bicarakan, mulai dari pertemuan di perancis hingga masalah pribadi. Tanpa disengaja Tina melihat Jessi yang sedang asik bersama Valent, sebenarnya Jessi mengetahui keberadaan Tina, hanya saja dia tidak ingin diganggu.
            Sepertinya ada perang dingin diantara Tina dan Jessi, dari pada sakit hati melihat Valent dan Jessi bersama, Tina memutuskan untuk pergi ke taman kampus.
            “beb, aku sayang banget sama kamu” kata Vicky sambil memegang tangan Cici, “aku juga Vic!” dengan mencubit lengan Vicky. Kemesraan diantara mereka semakin terlihat saja. Kasih sayang yang mungkin tidak akan pernah luntur apabila mereka akan menjaganya dengan sebaik mungkin, namun sayangnya. Ketika hari esok, Cici memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Vicky, karena Cici harus memilih laki-laki lain yang mampu menggeser Vicky dari hatinya.
            Entahlah, mungkin itu yang terbaik. Tina menjadi tiang penyangga untuk Vicky, mendukung dan menyemangati Vicky untuk tidak terpuruk dalam masalah CINTA.
            Sudah beberapa bulan tidak ada kabar mengenai Jessi, apa dia sudah hanyut dimakan oleh air laut?. Dengan headphone ditelinga dan asik mendengarkan lagu ada seseorang memegang pundak Tina dari belakang, Tina langsung berdiri dan menoleh “oh kamu” sambil memegang kepalanya “kamu apa kabar? Kuliah disini juga? Aku tidak sempat meminta nomor hp kamu” kata Valent. Tina memberi nomor handphonenya dan berbincang-bincang hangat di tangga koridor kampus. Tina terus memandangi wajah Valent
“kamu kenapa?” Tanya Valent sambil memegang wajahnya “apa ada yang salah” tanyanya lagi
“oh nggak kok, sepertinya aku mengenal kamu sebelum pertemuan kita di perancis?” dengan nada heran dan sepertinya ingat sesuatu
“sekarang aku ingat” sambil memegang kedua pipi Valent “aku pernah melihat kamu ketika aku pertama mnginjakkan kaki disini. Saat itu kamu bersama teman-temanmu dan kamu tidak mengetahuiku”. “oh ya” dengan senyum lebar-lebar. Tina mengangguk dengan semangat.
            Disini lah Valent memberanikan diri untuk mengungkapkan cintanya kepada Tina. Belum sempat Tina menjawab dia menyadari ada yang meperhatikannya dibalik tembok. Ya.. itu adalah Jessi yang memperhatikannya, Tina langsung melepas genggaman tangan Valent dan buru-buru pergi. Tina mengerti bahwa Jessi mencintai Valent, dia tidak ingin membuat Jessi marah atahupun sedih, merelakan kebahagiannya sendiri demi seorang sahabat.
            Jessi menghampiri Valent, “hey Jess, aku tadi….” Belum lengkap Valent berkata, jari telunjuk Jessi mendarat dibibir Valent, tanda agar Valent tidak menjelaskan apapun. “aku tahu apa yang terjadi” tiba-tiba Jessi berkata. Valent menatap mata Jessi dalam-dalam dan mencari tahu apa yang sebenarnya. Tanpa basa-basi Jessi langsung menjelaskan bahwa dia mencintai Valent, yang ternyata Valent tidak mencintainya melainkan mencintai sahabat baiknya. Dalam kejadian ini, Jessi mulai menghindar dari Tina.
            Malam ini adalah malam tahun baru, Tina mengajak Jessi untuk sekedar makan malam bersama dengan Vicky dan Valent, Jessi meng-iyakan ajakan Tina dengan alasan ingin bertemu dengan Valent. Apabila Jessi bahagia bersama Valent, Tina rela melepaskan Valent untuk sahabatnya. Meski Tina dan valent belum terikat dalam kata Cinta, namun sudah terlihat jelas dari getaran rasa mereka.
            Dalam suasana hangat Tina, Jessi, Valent, dan Vicky makan malam bersama di sebuah restaurant yang mengusung tentang Alam, restaurant yang cantik. “ehem” Vicky berdehem “kenapa diem-dieman gini sih? Gag asik deh” kata Vicky, Tina dan Valent saling melirikkan mata, dan berpandang-pandangan. “maksud dari acara ini adalah aku ingin mengatakan…”
“kamu suka sama Valent? Iya? Kamu mau bilang sama kita semua kalau kamu suka sama Valent?” sahut Jessi
apa-apa’an sih loe Jess?” Vicky mencengkeram lengan jessi “eh loe harus ngerti, mereka itu saling suka?” sambil menunjuk Valent dan Tina, mereka hanya bisa menunduk “trus kenapa kalo mereka saling suka?”
“karena gue suka sama Valent?” jessi kelepasan bicara
Semua kaget dan melihat kearah Jessi, sepertinya Jessi sudah mulai terpojokkan hatinya, dia langsung pergi meninggalkan acara makan malam yang seharusnya berjalan dengan baik. Maksud Tina ingin menyusul Jessi tetapi tangan Tina ditarik oleh Valent dan menyuruhnya untuk melanjutkan makan saja, membiarkan jessi agar tenang dahulu.
            “gue balik dulu ya” kata Vicky.
            “mungkin Jessi mencintaiku, namun aku mencintaimu” sambil memegang tangan Tina, “aku tak ingin egois, lupakan aku, Jessi lebih membutuhkanmu”dengan meneteskan air mata. Tina mengirim surat untuk Jessi
Perasaan tak menentu menghantui Tina saat ini, dia berada pada pilihan yang sulit untuk memilih Valent atahukah Jessi. Mereka sangat penting bagi kehidupan Tina, sama-sama berharga.
            Disisi lain ada Jessi yang sedang memikirkan dirinya sendiri, Vicky yang bersamanya mencoba menjelaskan “loe kenapa si jadi kayak anak kecil gini, loe tahu nggak kalau mereka itu saling mencintai, Tina yang pertama bertemu dengan Valent, jadi dia yang pertama memiliki rasa ke Valent, loe itu…..”
stop ceramahin gue, oke gue akui gue kayak anak kecil, tapi kenapa gue selalu gagal dalam cinta, pertama gue gagal mencintai elu, sekarang apa gue harus ngalah untuk ninggalin Valent?”, kali ini Valent yang tercengang dengan perkataan Jessi barusan, dia mendekati Jessi yang berdiri didepan mobilnya, Jessi baru menyadari bahwa dia membicarakan yang harusnya menjadi rahasia hatinya.
            “maksud loe? Loe suka sama gue?” sambil menatap mata Jessi. Tanpa menjawab Jessi membuka pintu mobil dan segera mengambil tas di jok mobil Vicky lalu pergi dengan naik taxi yang baru saja dia hentikan.
            Ramai didepan kampus, banyak bus berjejer. Yah…sekarang adalah acara dimana para mahasiswa dan mahasiswi dibina untuk dapat mandiri. Agenda yang pertama adalah camping, lalu malam pensi, dan mengumpulkan dana yang akan dibagikan kepada panti asuhan. Dengan tas yang lumayan besar dipunggungnya Miko berlari dan berhenti tepat disebelah Cici. Mereka saling menatap dan tersenyum. Jessi yang berharap tidak satu bus dengan Valent dan Tina malah kejadian.
            Vicky kesal sekali ketika melihat Cici bersama Miko, namun Vicky juga bingung dengan perkataan Jessi, dia tak pernah lepas dari bayangan itu sejak kejadian 1 bulan lalu. Berhubung Vicky itu orangnya cuek, so dia tidak peduli dengan itu, yang dia pikirkan hanya melangkah kedepan tanpa menoleh kebelakang.
            Ketika memasuki bus nomor dua, Jessi tidak kebagian tempat duduk, Tina berusaha mengambil hati jessi, dia tidak ingin hanya karena Valent, persahabatn menjadi pecah. Sayangnya Jessi menolak untuk menerima tawaran Tina. Valent yang sudah duduk dengan nyaman sambil membaca buku menjadi terusik dengan perdebatan Tina dan Jessi. Akhirnya Jessi bersedia duduk disebelah Valent karena bujuk rayunya Tina.
            Sebenarnya Jessi sangat senang ketika harus duduk dengan valent, itu tandanya dia memiliki kesempatan untuk mengambil hati valent, Tina merasa sedih yang awalnya harus bersama Valent harus menjadi bersama Jordan si super jail. Tidak henti-hentinya hidung Tina dimainin sama Jordan. Dalam hati Tina merasa kesal, bukan karena jessi bersama Valent, melainkan mengapa dia harus masih bisa melihat jessi dan valent bercanda. Oh cobaan cinta apa lagi yang harus diterima Tina?
            Aku harap kamu segera mengungkapkan perasaanmu
            Jika kamu mencintai aku belajarlah mencintai jessi
            Terimalah dia sebagai cintamu
            Mungkin aku bukan takdirmu
            Jika kamu ingin melihatku bahagia
            Aku bahagia jika kamu bersama dengannya
Itu adalah pesan singkat yang dikirim Tina untuk valent. Saat semua sibuk mendirikan tenda, Valent menghampiri Jessi, dibawah pohon yang rimbun Valent mencoba mengikuti kata Tina, mengungkapkan cintanya kepada Jessi. Dibalik tenda disitulah Tina mendengarkan semuanya, melihat Valent ketika harus mencium kening Jessi, bagaikan hati penuh dengan luka sayat, mencoba untuk tetap tenang dan pelan, tidak meneteskan air mata ataupun berteriak.
            Jessi nampak bahagia karena cintanya bersama Valent dapat menyatu. Tapi bagaimana dengan Valent? Apakah dia bahagia pula? Sesungguhnya dia tidak merasakan apa-apa, dia masih tetap mengingat Tina sebagai cinta pertamanya. Walaupun kini Valent telah bersama Jessi, dia tetap tak akan mampu meninggalkan Tina.
            Malam hari saat semua tertidur lelap Tina masih terjaga. Dia melamun dibawah indahnya bintang-bintang ditemani api unggun yang menghangatkannya, “kamu belum tidur?” jessi datang kepada Tina, “belum Jess” menjawab dengan santai
“makasih ya”
“makasih buat apa Jess?”
“sekarang aku bahagia, Valent ternyata mencintai aku” sambil memeluk Tina
“iya Jess, selamat yah” dengan berat menahan air mata “jaga Valent dengan baik” berusaha menghibur diri sendiri.
            Embun pagi membasahi rumput-rumput hijau disekitar area perkemahan, semua sudah siap untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan yaitu mencari hartakarun. Mata memang tidak bisa bohong, bahwa Tina terlihat ingin sekali satu kelompok dengan Valent. Itu sia-sia, Jessi lah yang harus satu kelompok dengan Valent.
            Satu lagi hal yang paling membuat hati teriris, Tina menyaksikan Jessi harus digendong Valent saat melakukan pencarian harta karun karena kaki Jessi terkilir. Tina mngalihkan penglihatan dan focus pada anggotanya. Mencoba mencari kesibukan untuk menghilangkan pikiran yang menyita waktu.

***
            tepat satu bulan Valent dan Jessi berpacaran, dan hari ini pula Jessi berulang tahun, kado istimewa dari Tina adalah kalung putih berhias kupu-kupu, dan kado yang tak terlupakan dari Valent adalah sebuah cincin. Dia memasangkan di jari manis Jessi, senyum yang tak henti mengembang, tak kuat melihat semua ini, Tina memutuskan untuk pergi. “aku ke toilet dulu ya” bisik Valent sambil memegang pipi Jessi, Jessi hanya mengangguk dengan senyuman.
            Valent mencari Tina disudut tempat lalu menemukannya sedang duduk seorang diri. Valent menyodorkan sapu tangan “ini”
“kamu bahagia?” Tanya Tina sambil mengusap air mata
“kamu masih mencintai aku?” Valent Tanya balik
Tina berusaha tidak menatap mata Valent, karena dia takut akan menjatuhkan air mata.
“kamu yang menyuruhku untuk bersamanya bukan?” tegas Valent dengan pelan
Tiba-tiba Valent memeluk Tina, disaksikan Jessi yang melihatnya dari kejauhan, “apa mereka masih saling mencintai?” hati kecil Jessi berkata.
            Tina meminta untuk kembali ke acara Jessi, dia tidak ingin mengganggu kabahagiaan Jessi.
            Pesta telah usai, “Tina” panggil jessi ketika Tina akan memasuki mobil Vicky, dia menoleh dan kembali menghampiri Jessi yang juga ada Valent disisinya. “pernahkah loe tahu dalam persahabatan mengajari sebuah kebodohan?” memegang pundak Tina. Dia tidak tahu apa maksud Jessi berkata seperti itu, Jessi menjelaskan bahwa dia mencintai Valent. Namun dia menyadari bahwa selama ini hati Tina penuh dengan luka tusukan akibat kebohongannya pada perasaannya sendiri.
            Setelah hening sesaat Valent mulai bersuara, dia mengatakan untuk tidak menjalani hubungan dengan siapa-siapa, mungkin lebih baik apabila berjalan sendiri sehingga tidak ada yang terlukai, tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.
            Kicauan burung pagi hari dan suara kendaraan yang lalu lalang didepan rumah Vicky membuatnya terbangun dari lelapnya dalam mimipi. Ibunya menyiapkan sarapan didapur bersama dengan adik kecilnya yang masih Playgroup. Kuliah seni membuat Vicky semakin berkreasi dan menghasilkan karya-karya yang indah, dia akan mengikuti lomba hari ini, lomba tentang kreasi gambar. Bakatnya mencoret-coret kertas sehingga menghasilkan karya yang sempurna.
            Duduk didepan TV sambil memangku sekaleng krispi Tina dengan asiknya sehingga tidak mendengar panggilan Bundanya. “gini ya kerjaan anak perawan jaman sekarang?” dengan nada nyindir, Tina melompat dari kursi dan hanya cengar-cengir. Dari pada kena marah lagi dia segera mematikan TV dan berangkat melakukan pekerjaan yang disuruh bundanya tadi.
            Waktu menunjukkan pukul 11.00, Jessi datang kerumah Tina dengan maksud mengajaknya melihat jalannya lomba yang akan diikuti oleh sahabatnya “Vicky”. Digedung yang sebesar ini masih saja berdesak-desakkan masuk untuk melihat, apa saking banyaknya orang atau gedungnya ya yang memang kecil?. Entahlah, disitu ada cici juga mantannya Vicky, kalian inget kan? Dia sengaja datang untuk melihat Vicky, walaupun sengaja namun dia tetap mengajak Miko “PACAR BARUNYA” itu. Vicky sudah tidak kesal tuh, dia sudah melupakan segalanya, baginya didunia ini nggak Cuma Cici yang menjadi seorang “wanita”.
            Valent juga ada loh disitu, dia mengikuti kemanapun Tina pergi. “aku mau ngomong” sambil menarik tangan Tina “apa” menjawabnya dengan lembut, Valent menyodorkan sebuah tiket dan surat perpindahan kuliah. “kamu ..??”
“ya, aku akan melanjutkan pendidikanku di Jepang”
“untuk apa?”
“untuk mengikuti langkah orang tuaku”
Valent memeluk tina dengan erat di sudut gedung yang agak sepi dari pengunjung. Jessi melihat dari kejauhan dengan tersenyum tapi juga menangis.
            Dalam perjalanan pulang didalam mobil Jessi membicarakan tentang kemenangan Vicky hari ini, tiba-tiba Tina memotong “Valent pergi” air mata kembali menetes, Jessi melirik Vicky “maksudnya apa Tin?” Tanya Vicky
“entahlah”
“loe masih ada rasa sama valent?” sahut jessi
“gak papa lagi Tin, gue sadar gue salah, valent lebih mencintai loe?” tambah Jessi.
Valent sudah berangkat ke Jepang, Tina belum sempat mengungkapkan perasaannya, kini dia tidak bisa lagi menerima orang lain, karena dia percaya bahwa valent akan kembali untuknya.

***
Tujuh tahun kemudian,…
Jessi, Tina, dan Vicky telah memiliki pekerjaan, hidup mereka tidak tergantung lagi dengan orang tua. Tina pergi ke café sendirian hanya untuk bermain-main dengan laptop “Tina..” panggil Jessi sambil berlari senang karena bertemu tina kembali, setelah sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing. “loe kemana aja tin?” sambil merapikan rambutnya “sorry..” sambil menggigit bibir bawahnya, “nih..” Jessi memberikan sebuah undangan, “apa?” penasaran “baca aja” sambil menganggukkan kepalanya.
Tina membaca undangan yang diberikan jessi, dia terkejut “loe? Loe nikah Jess? Sama Vicky? Kok bisa? Gimana caranya? Kapan?” sambil menggoyangkan tubuh jessi. Hanya mendapat balasan senyuman yang lebar dari bibir jessi.
14 February, pesta pernikahan yang mewah dan megah, tema serba putih nan menawan, Jessi terlihat sangat cantik sekali, ketika Vicky mencium kening jessi semua orang bertepuk tangan dan bersorak, Tina merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh sahabatnya tersebut, akhirnya Vicky dan Jessi dapat bersama, cinta Jessi dapat menyatu setelah harus dipisahkan segela kejadian. Tina teringat akan kehadiran valent beberapa tahun silam, dia merindukan laki-laki yang telah membuatnya tidak bisa jatuh cinta kepada laki-laki lain.
Saat Tina berbalik badan dan menundukkan kepalanya, dia melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala, laki-laki yang ada didepannya adalah Valent, valent mengusap air mata yang menetes dipipi Tina. Tina bahagia dan memeluk Valent. Jessi dan Vicky menghampiri mereka berdua Jessi meraih tangan Tina dan tangan Valent “aku ingin kalian seperti kami, percayalah Valent bahwa Tina tak pernah melupakanmu, dan kamu Tina percayalah bahwa Valent merindukanmu”. Ini adalah rencana Jessi dan Vicky untuk mengundang Valent tanpa pengetahuan dari Tina.
Dihari kasih sayang ini adalah hari yang tak terlupakan, cinta yang menyatu setelah melalui berbagai halangan, harus terpisah jarak dan waktu.
Hari VALENTINE adalah hari menyatunya cinta untuk VALENTINA




                                                                                             PENULIS



                                                                         SEPTANINDA PUTRI VIKAYANTI


0 komentar:

Posting Komentar