Saat itu hujan lebat ditengah kegiatan piknik, para Mahasiswa fakultas Ekonomi masuk kedalam Vila untuk berteduh, namun lain hal dengan Gilang, ia lebih memilih basah kuyub karena hujan, ia bersandar dibawah pohon yang sudah tua nampaknya, daun-daunnya sudah tak ada, hanya terdapat ranting. Sesekali temannya memanggil, tetap saja Gilang tak perduli.
Salah seorang sahabat dekatnya, yaitu Rafa bingung karena sifat Gilang yang mendadak aneh, Rafa mencari payung kedalam Vila, ke gudang, tetapi tidak menemukan, Rafa khawatir akan terjadi apa-apa dengan Gilang.
Lama kemudian hujan mulai reda, saat itu sudah malam hampir jam 10, Rafa menghampiri Gilang yang sedari tadi tak beranjak dari posisi duduknya. Rafa mulai bertanya dengan nada tinggi
“apa si maksud loe hujan-hujan kayak gini?” Tanya Rafa,
Gilang hanya diam, hanya menatap mata Rafa
“kayak cewek aja si loe? Cemen tau nggak, Gilang yang aku kenal dulu mana?” jelas Rafa
“gue bilang sama loe, jangan ganggu gue, loe nggak tau masalah apa yang gue hadepin?” balas Gilang dengan nada marah.
Rafa tersentak dan tidak menyangka Gilang yang sudah 4th menjadi sahabatnya dan tidak pernah membentak sekarang menjadi suka marah-marah, Rafa bingung dan sangat bingung apa yang sedang terjadi, langsung saja Rafa meninggalkan Gilang,
“raf.” Panggil Gilang yang sudah 2 langkah meninggalkannya
“sori atas sikap gue” Gilang berdiri dan memeluk Rafa selayaknya tanda minta ma’af, Rafa membalas dengan senyum.
Gilang dan Rafa masuk kedalam Villa, Gilang mengeringkan badannya yang sudah basah akibat hujan, setelah itu mereka tidur bersama-sama dengan Mahasiswa lainnya.
***
Pagi-pagi sekali Rafa bangun dan mulai cuci muka, setelah itu ia membangunkan Gilang dan Mahasiswa lainnya, disini Rafa adalah ketua kegiatan piknik dalam rangka pergantian semester. Agenda hari ini adalah menjelajah, semua bersiap-siap dengan ranselnya, menyiapkan obat dan segala keperluan yang mungkin akan dibutuhkan.
Sebelum kegiatan berlangsung Rafa dan Gilang memberi intruksi hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Semuanya sudah selesai dan akhirnya kegiatan dimulai. Pertama adalah memasuki hutan yang hanya ada jalan setapak.
Hutannya sangat basah dan becek, “Hati-hati ya teman..” teriak Gilang sambil mengangkat jempolnya, dan semua mengacungkan jempol yang berarti “ok”. Satu jam perjalanan dan mereka memutuskan untuk istirahat sejenak, sembari menyalakan api unggun untuk penghangatan karena udaranya sangat dingin.
Gilang asyik dengan kameranya dan mengabadikan setiap pemandangan yang dilihatnya, pada jepretan saat itu Gilang melihat sosok wanita dihasil gambar jepretannya, Gilang terkejut dan menunjukkan kepada Rafa,
“loe lihat deh ..”
“apa’an?”
“hasil gambar gue?”
“bagus kok” Rafa melihat dan sedikit cuek
“yee, loe mah gitu, lihat dulu ni ada penampakan”
Rafa tersedak dan meloncat dari tempat duduknya, semua Mahasiswa dan Mahasiswi juga menoleh melihat Gilang
“santai-santai, gag ada apa-apa kok” Gilang mencoba menenangkan
“mana, lihat?” Rafa penasaran
“wah iya ni cewek bro” Rafa tersenyum girang
“setan apa bukan ya?” Tanya gilang.
Rafa celingukan dan berharap wanita itu bukan setan, tapi bidadari yang tersesat ditengah hutan, dan dilihatlah wanita itu yang sedang duduk manis di bangku kayu hampir lapuk terkikis panas dan hujan. Rafa menunjuk kearah wanita itu sambil berbisik kepada Gilang
“itu cewek bukan setan, ayo samperin” Kata Rafa
Gilang merinding dan sedikit takut, ia menolak ajakan Rafa. Rafa pun pergi sendirian menghampiri wanita itu walapun kenyataannya Rafa juga takut.
Setelah didekati, dia adalah gadis yang sangat cantik dan hampir sempurna, Rafa mengajak bicara dan bertanya-tanya hingga tak sadar sudah terlalu lama, namun ia tak sempat bertanya nama. Gilang berteriak agar Rafa segera mengakhiri perbincangannya dan melanjutan untuk jelajah.
***
Sore itu Mahasiswa semuanya menata pakaian mereka karena akan segera kembali pulang dari pikniknya, Rafa tak berhenti bercerita tentang gadis itu, Gilang hanya menahan sesak didadanya karena hanya mendengar cerita dari Rafa yang tak pernah usai, Gilang tersenyum kecil.
Dalam perjalanan pulang Gilang menyetir mobil Rafa, entah apa yang difikirkan oleh Gilang sehingga ia hampir menabrak gadis yang menyeberang
Ssshhhhiiiiiiiiitttttttt…………….. Gilang mengerem seketika, untung saja ia tak menabrak. Gilang turun dari mobil dan segera meminta maaf, Rafa yang berada dalam mobil terkejut, karena wanita itu adalah wanita yang ada dihutan saat itu. Gilang terus menatap mata gadis itu dan tak melepaskan genggamannya.
Rafa tertawa dan hanya melihat, Gilang segera melanjutkan perjalanan
“dia adalah wanita yang tertangkap kamera loe?” Rafa tiba-tiba bersuara
“ah serius lo?” Gilang heran
“iya gue serius, tapi gue saat itu gak Tanya siapa namanya, hanya kami ngobrol aja” jelas Rafa
Gilang merasa biasa saja, tidak menarik baginya untuk jatuh cinta pada seseorang yang tidak dia kenal. Sampai dirumah Gilang, ia langsung merebahkan tubuh dikamar yang sangat berantakan.
***
Malam itu Gilang pergi ke perpustakaan umum, mungkin dunia ini sangat sempit ya, sehingga Gilang harus bertemu dengan gadis itu lagi, bahkan mereka duduk berdua untuk membaca buku.
“hay ..” sapa Gilang
“kamu kan …” belum sempat gadis itu berbicara, Gilang memotong pembicaraannya
“iya aku yang tadi hampir menabrak kamu” jawab Gilang
“aku Karisa” sambil mengulurkan tangan
“aku Gilang” terdengar degup kencang didada Gilang, apa ini perasaan atau hanya ....
Gilang merasakan getaran cinta, dia merasa benar-benar cinta, apa yang membuatnya merasakan seperti itu? Gilang seperti mengenal Karisa sudah lama.
Hanya saja waktu yang harus memisahkan mereka, sudah larut malam saat itu, Karisa pamit kepada Gilang.
Ditengah perjalanan Gilang, ternyata karisa berada dibelakangnya, hanya saja Gilang tak menyadari, Karisa ingin tau dimana Gilang tinggal, karena Karisa juga merasaka hal yang sama, yaitu cinta , sesampainya didepan rumah Gilang, Karisa kembali pulang kerumahnya.
Gilang yang duduk dijendela merasakan bahagia yang terdalam, hanya saja Gilang tidak berani untuk meminta nomor telfon Karisa, gilang hanya berpasrah dan berkeyakinan jika ia dan Karisa bertemu kembali itu tandanya mereka jodoh.
Malam itu sangat hening, jam menunjukkan pukul 23.30, Gilang masih terjaga dalam tidurnya, ia merasa sakit didadanya, ia batuk dan muntah darah, Gilang terkejut karena selama ini ia merasa baik-baik saja, mengapa tiba-tiba ia harus memuntahkn darah dari mulutnya, ya memang sih, sejak kecil Gilang selalu merasa sakit didadanya, hanya saja tidak sampai seperti ini. Gilang mencoba menutup matanya agar terlelap dalam mimpinya.
***
“kringggg…kring,,,” pagi-pagi sekali Rafa menelfon Gilang, namun tak ada jawaban
“kenapa sih Gilang nggak mau angkat tefon gue?” gumam Rafa dalam hati.
Tanpa berfikir panjang Rafa pergi kerumah Gilang, sudah mendapati Gilang yang penuh dengan darah.
Karisa yang akan berkunjung ke rumah Gilang kaget, melihat ada seseorang yang membawa Gilang dengan keadaan Gilang penuh darah dimulutnya, Karisa lari mengahampiri Gilang, setelah Karisa mendekat
“ada apa dengan Gilang?” Tanya Karisa panic, dan melihat wajah Rafa, sepertinya Karisa teringat sesuatu
“kamu kan yang dihutan saat itu?” tambah Karisa
“bukan saatnya kita bahas masalah itu, sekarang yang kita lakukan adalah segera membawa Gilang ke Rumah sakit” jawab Rafa
Mereka pergi dengan segera ke Rumah Sakit dan menyelamatkan Gilang, Rafa menunggu diruang depan ICU, sedangkan Karisa mengurus adminitrasi Gilang. “kenapa sama loe Lang?” Tanya Rafa dalam hati.
Tidak beberapa lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU
“dok ..” tatapan Rafa penuh kecemasan
“anda saudara pasien?” Tanya dokter
“saya sahabatnya dok? Ada apa dengan teman saya”
Sebelum dokter itu menjawab, terlihat Karisa yang lari tergesa-gesa menuju ICU, ingin mendengarkan penjelasan dari doker, mata dokter dan Rafa memandang ke wajah Karisa dan Karisa tertunduk.
“saya baru kenal dengan Gilang, saya sudah mencintai Gilang, saya takut” kata-kata keluar dari mulut yang lemas
“baiklah, dari diagnose kami ternyata hati Gilang rusak, darah di saluran hatinya membeku, itu yang menyebabkan darahnya harus keluar jalur, yaitu melalui mulutnya” dokter berkata dengan berat hati
Tubuh Karisa lemas, saat dokter berkata dan berlalu meninggalkannya begitu saja, Rafa mencoba menenangkan Karisa. Begitu deras mengalir air mata mengalir dipipi Karisa, Rafa meninggalkan Karisa yang duduk di bangku depan ICU, Rafa berlalu dan mencoba masuk kedalam ruangan guna melihat keadaan Gilang.
Terdapat selang dihidung Gilang, matanya terpejam erat seolah-olah tak dapat bangun kembali, Karisa menyusul Rafa masuk ke dalam ICU, Karisa duduk terdiam disamping Gilang, mencoba meraih tangan Gilang, Rafa hanya berdiri dan menyaksikan ungkapan yang akan keluar dari mulut Karisa.
“bangun Lang,” air mata menetes dari mata Karisa
“aku nggak kenal siapa kamu, baru sebentar aku bertemu kamu, aku cinta sama kamu Lang” Karisa berkata sambil terisak.
Tidak berapa lama kemudian air mata Karisa menetes di tangan Gilang, Gilangpun menggerakkan tangannya, ia mulai tersadar. Segera Rafa memanggil dokter untuk memeriksa Gilang, dari pernyataan dokter ternyata Gilang sudah stabil.
***
Kicauan burung pagi hari membuat suasana semakin indah, basahnya rumput akibat hujan semalam, Gilang duduk dikursi roda depan taman Rumah Sakit, karisa berusaha menyuapi Gilang dengan makanan yang sudah tersedia untuk pasien.
“Ris, entah mengapa aku menyukaimu” Gilang mengungkapkan perasaannya, tidak ada jawaban dari Karisa, ia terus saja menyuapi Gilang. Setelah makanan dipiring itu habis, Karisa mulai berbicara
“mengapa Lang? aku baru saja mengenalmu, namun aku juga menyukaimu, bahkan aku mencintaimu” jawab Karisa
Di Rumah Sakit itulah saksi cinta mereka bersatu, mereka bahagia, Karisa tidak perduli bila harus direpotkan Gilang, Karisa mencintai Gilang apa adanya, begitu pula Gilang yang mencintai Karisa apa adanya.
Rafa tiba-tiba datang dengan membawa roti, Rafa mencoba mencairkan suasana dan menghibur Gilang agar tidak larut dalam kesedihannya
***
“akhirnya loe pulang juga Lang” kata Rafa
“ini rumah gue?” guyonan Gilang
“iya sayang, “ jawab Karisa
Rafa terkejut Karisa memanggil Gilang dengan sebutan ‘sayang’ , itu tidak mengapa bagi Rafa, hanya saja Rafa berfikir mengapa Gilang tidak memberitahunya ketika sudah pacaran dengan Karisa gadis yang baru dikenalnya.
Saat itu keadaan Gilang sudah jauh lebih baik, bahkan ia bisa tertawa dan bercanda, hanya saja masih batuk-batuk kecil. Kedua orang tua Gilang pergi ke London untuk bekerja, jadi hanya Gilang dan 2 pembantunya dirumah.
Karisa ingin sekali menghabiskan sisa-sisa waktu bersama Gilang, tidak ingin jauh dari Gilang, Karisa sangat menyayangi Gilang.
Rafa membeli obat untuk Gilang,saat itu tidak sengaja ia bertemu dengan Amel. Amel adalah mantan Gilang yang sudah 3th putus, memang mereka 1 kampus, hanya saja jarang bertemu, Amel bertanya pada Rafa tentang keadaan Gilang, ketika Rafa mengatakan bahwa Gilang sakit, Amel Nampak biasa saja, sepertinya dia sudah melupakan tentang kenangannya bersama Gilang.
Amel memang tidak mengerti bahwa Gilang memiliki gangguan pada hatinya.
Rafa berlalu dari hadapan Amel, segera kerumah Gilang dan memberikan obat sesuai resep dokter. Rafa bercerita pada Gilang bahwa ia bertemu dengan Amel, nampaknya terlihat dari mata Gilang bahwa ia juga sudah melupakan kenangan bersama Amel, yang ia cintai saat ini hanya Karisa.
***
Satu bulan kemudian ….
Saatnya untuk kekampus, Gilang bersiap-siap menunggu Rafa didepan gerbang rumahnya, terlihat dari jauh Karisa berjalan menghampiri Gilang.
“kamu yakin sudah benar-benar sembuh?” Tanya Karisa
“sudah kok, lihat aku sekarang segarkan?” jelas Gilang
Mobil Rafa sudah sampai didepan rumah Gilang, Gilang mencium kening Karisa dan berpamitan. Karisa sebenarnya juga kuliah, hanya saja dijurusan yang berbeda dan sekarang ia lagi libur.
Rafa menyetel music di mp3 baru mobilnya, warnanya pun bagus dan masih mulus, sesampainya dikampus Rafa dan Gilang tak langsung pergi ke kelas, mereka menemui dosen untuk menanyakan hasil tugas pikniknya beberapa waktu lalu.
Setelah selelsai menemui dosen, Gilang pergi kelapangan untuk ikut gabung bermain basket demi melupakan sakit yang dia alami, tanpa sengaja bola basket itu mengenai Amel yang sedang duduk asyik bersama Ori dan Hima.
Amel merasakan pusing akibat lemparan bola basket yang keras dan berat, Gilang hanya diam dan melihat Amel tanpa mengambil tindakan sesuatu, langsung saja Rafa yang menghampiri Amel lalu menuju ke ruang kesehatan.
Ori terus mengompres kepala Amel agar tidak begitu terasa sakit, sedangkan Hima hanya duduk disamping Rafa.
Rafa tiba-tiba meninggalkan Amel, karena dia sudah harus mengikuti mata kuliah. Disana Gilang menanyakan keadaan Amel, nampaknya Gilang sedikit khawatir, langsung saja Rafa mempertegas bahwa Amel tidak apa-apa.
***
Lima bulan kemudian …
Waktu terus berjalan, tidak ada pengulangan dalam sebuah kehidupan, terlihat Gilang yang duduk melamun ditengah keramaian, ia memeluk buku yang mungkin itu adalah agenda hariannya, oh ternyata tidak, itu adalah daftar puisi untuk Karisa.
Aku bukan seseorang yang sempurna
Tapi kau bisa menjadikan aku sempurna
Cinta yang kumiliki hanya biasa
Namun bersamamu akan menjadi luar biasa
Senyumanmu membuatku selalu merindu
Lembutnya kasihmu membuatku cinta padamu
Banyak sekali puisi yang terdapat didalamnya, Gilang merenungi hari-hari disisa waktunya, dia tidak akan bertahan hidup lebih lama bila tidak ada donor Hati untuknya.
Tiba-tiba handphone nya berbunyi, panggilan dari Amel, langsung saja Gilang tidak mengerti mengapa Amel menghubunginya, setelah selama ini mereka jarang sekali komunikasi bahkan tidak pernah berkomunikasi, dari mana Amel tau nomor telefon Gilang.
Antara mengangkat telefon dan tidak, bila Gilang harus mengangkat telefon dari Amel maka ia akan membuat Karisa cemburu, padahal Gilang sangat sayang pada Karisa, ia adalah seseorang yang selalu ada untuk Gilang.
Apabila dia tidak mengangkat telfonnya, maka dia akan dicap sebagai seseorang yang sombong dan tidak mau berteman. Tanpa berfikir panjang Gilang mengangkat telefon Amel, dan bisa menjelaskan kebenaran pada Karisa nanti agar tidak terjadi salah paham.
“haloo …”
“hay Lang, gue Amel”
“iya aku tau, karena nomor kamu tidak ganti dan masih tersimpan di buku telepon ku”
“oh ya, dan kamu yang ganti nomor”
“tentu …” jawab gilang singkat.
“ada hal yang ingin aku tanyakan”
“hemmm”
“aku tunggu di café biru”
“tapi…” belum sempat Gilang bicara, langsung telefon ditutup.
Gilang sangat bingung, apa yang harus ia lakukan, sangat tidak mungkin ia harus menemui Amel sendiri, ia akan takut Karisa curiga dan salah paham, namun tidak mungkin juga Gilang mengajak Karisa.
Akhirnya dia menemui Rafa dan menyuruhnya untuk ikut bertemu Amel.
***
Disana ada Amel dan sepertinya ada Ori juga, jadi Gilang bisa tenang bila mengajak Rafa, eh…ternyata diam-diam Rafa meberi tahu Karisa bila Gilang hari ini bertemu dengan Amel. Tentu saja Karisa merasa dibohongi, dengan kelembutan hatinya Karisa sabar dan mencoba untuk tidak marah ataupun menanyakan pada Gilang.
Bukan apa-apa bila Rafa memberi tahu Karisa tentang yang sebenarnya, hanya saja Rafa tidak ingin diantara hubungan Gilang dan Karisa ada yang disembunyikan, toh niat Rafa juga baik kok.
Amel mempersilahkan Gilang dan Rafa duduk, dari jauh Nampak Karisa berada didalam mobil yang sedang melihat mereka (gilang, rafa, ori, dan amel) , tampaknya Ori menyadari adanya Karisa, langsung saja ia membisikkan sesuatu pada Amel, entah apa yang dia bisikkan pada Amel, sehingga dengan tiba-tiba Amel berdiri dan duduk mesra disamping Gilang, dengan spontan Rafa dan Gilang terkejut.
Apa yang mendasari Amel melakukan hal itu, padahal saat bertemu Rafa dan bertanya tentang Gilang terlihat biasa saja.
Karisa langsung cabut dari situ, dengan segera ia menginjak gas dan menempuh kecepatan tinggi yang kemudian membuatnya kecelakaan dan harus koma. Sayangnya Gilang dan Rafa tidak mengetahui hal ini.
“Lang, aku masih ingat kenangan kita dulu” kata Amel, dan pyaarr…, gelas itu jatuh dan pecah tersenggol tangan Gilang, seolah pertanda buruk bagi Gilang, dan memang buruk karena Karisa lah yang kecelakaan.
Suasana jadi kacau saat itu, Gilang dan Rafa segera pergi untuk menemui Karisa, hanya saja Karisa tidak ada dirumah, yang ada hanya pembantu Karisa dan memberitahu bahwa Karisa tadi pamit untuk pergi kerumah temannya, selama ini Gilang tidak tahu Karisa berteman dengan siapa, karena Karisa adalah orang yang sangat tertutup.
Gilang mencoba tenang dan berfikir untuk pulang. Setelah berjam-jam tidak ada telefon atau sms dari Karisa, hingga Gilang sampai tertidur pulas di sofa ruang tamu.
***
Sudah dua minggu Karisa tidak menghubungi Gilang ataupun Rafa, jelas saja tidak bisa menghungi, Karisa saja koma dirumah sakit dan Gilang tidak mengetahui tentang berita itu. Terlihat Gilang yang pucat, mungkin stress memikirkan keberadaan Karisa yang tiba-tiba menghilang.
Darah keluar dari mulut Gilang, langsung dia menghubungi Rafa untuk meminta bantuan agar diantar kerumah sakit. Gilang tidak sadarkan diri diruang ICU, secara tidak sengaja ketika Rafa akan pergi keruang dokter dia melihat disebuah ruangan yang pintunya terbuka.
Entah apa yang mendorong hatinya untuk melihat ruangan itu, dan dilihatnya seorang wanita, hanya saja wajahnya tidak jelas karena Rafa melihatnya disebatas pintu, seorang suster lewat dan Rafa bertanya
“eemm sus..”
“iya”
“kenapa pintunya terbuka”
“pasien ini sudah koma beberapa minggu akibat kecelakaan”
“apa hubungannya dok? Dengan pintunya dibuka? Bukankan dia akan terganggu?”
“anda melihat sekitar sini? Ini sangat sepi, jadi tidak apa-apa bila dibuka, lagian tidak ada yang menjaganya, jadi memudahkan kami untuk mengawasinya”
“apa tidak ada keluarganya yang menjaga”
“sejauh ini tidak ada”
“siapa nama pasiennya”
“sebentar ya”, suster itu mengambil KTP milik pasien yang ada diruang tersebut,
“ini KTPnya”
Dan itu bertuliskan Adita Karisania Latifa , dengan segera Rafa pergi dan meminta suster untuk mengizinkan dia membawa KTP tersebut dan Rafa berjanji akan mengurus pembayaran rumah sakit Karisa.
Rafa menuju ruang Gilang, dilihatnya mata Gilang yang masih terpejam. Rafa terfikirkan sesuatu tentang Karisa yang mengapa bisa terjadi hal seperti ini.
***
Menuju kamar Karisa ….
Ketika Rafa menggenggam tangan Karisa, perlahan-lahan karisa terbangun dari komanya, dipanggilah dokter untuk memeriksa keadaan Karisa. Sepertinya Rafa tidak ada niat untuk memberi tahu Gilang yang sebenarnya terjadi pada Karisa.
Rafa pontang-panting, bolak-bolak pergi keruang Gilang dan Karisa, bisa dibilang Rafa itu sahabat yang baik.
Karisa yang masih tergolek lemah mencoba bertanya kepada Rafa tentang Gilang, tentang bagaimana keadaan Gilang, apakah selama ini Gilang mencarinya, dengan berat hati Rafa mengatakan kepada Karisa bahwa Gilang dirawat dirumah sakit yang sama dengannya sekarang.
Karisa mencoba bangun dari tempat tidurnya, berusaha untuk dapat berjalan menuju ke ruangan Gilang, namun yang terjadi Karisa lumpuh akibat kecelakaan itu, dengan kursi roda, Rafa mencoba mengantarkan Karisa.
Disana terdapat Gilang yang masih memejamkan matanya, bibirnya membiru.
***
Dokter yang saat itu menangani Gilang memberi tahu Rafa bahwa sudah ada donor Hati untuk Gilang, hanya saja dokter dan pendonor itu merahasiakan identitas si pendonor. Tanpa berfikir panjang Rafa mengisi formulir untuk kelangsungan operasi Gilang.
2jam operasi berjalan dengan lancar, si pendonor itu sudah meninggal sejak ketika dilakukannya operasi, Rafa pergi keruang Karisa dan dilihatnya kamarnya kosong, mungkin saja Karisa sudah pulang kerumahnya.
***
Semakin hari keadaan Gilang semakin baik berkat donor hati itu, dokter yang biasa memeriksa Gilang memberikan sebuah amplop, dibukanya amplop itu dan dibaca didepan Rafa
Maafkan aku Gilang
Aku tak bisa menjadi yang terbaik
Diam-diam aku memberikan hatiku kepadamu
Hanya ini yang mampu kuberikan
Aku sudah lumpuh
Jadi untuk apa bersanding denganmu
Aku merasa malu
Tenang Gilang …
Ragaku tak bersamamu
Namun hatiku selamanya untukmu
Aku selalu mencintaimu
Karisa
Tanpa disadari begitu deras air mata yang keluar membasahi pipi Gilang, Rafa merasa lemas dan merasa bersalah, karena dialah yang mengisi formulir persetujuan donor Hati itu, sekarang Karisa sudah pergi untuk selamnya.
Gilang mencabut jarum infus yang ada ditangannya, segera ia keluar dari ruangannya dan menuju sebuah makam, ia mencoba bertanya kepada juru kunci makam agar memberitahunya dimana mayat yang beberapa hari lalu dikubur atas nama “Adita Karisania Latifa”, dintunjukkanlah tempat peristirahatan itu.
Tersungkur disebelah makam Karisa, dipeganglah nisan Karisa, sambil menangis Gilang ingin mengatakan sesuatu namun sulit untuk terucap. Rafa mencoba menenangkan Gilang
“aku kehilangan mutiara” ucap Gilang
“sabar ya” ternyata Rafa tak banyak bicara.
“aku akan jaga hatimu Ris, hatimu akan hidup dalam jiwaku, aku gak akan sakiti hatimu” Gilang berkata.
Rafa mencoba mengajak Gilang untuk pergi dan istirahat dirumah. Gilang menolak, namun setelah Rafa mengingatatkan itu adalah hati karisa dan ia harus menjaganya maka Gilang bersedia untuk pulang.
***
Tidak selamanya Gilang berada dalam garis kesedihan, setelah lama kemudian ia menyadari bahwa Karisa masih hidup, hidup dalam jiwanya. Gilang mempersembahkan lagu ciptaannya untuk Karisa. Ia nyanyikan dihari ulang tahun Karisa, dengan sebuah gitar berwarna coklat ia duduk disamping makam Karisa bersama Rafa.
Sudah lama kumenunggumu
Terpaku dalam keheningan
Kau datang dengan sejuta bunga kematian
Pergi jauh kedalam kenangan
Bibir membisu
Deras airmata mengalir dipipi mengantar kepergianmu
Tanah basah menjadi peristirahatanmu
Kain putih yang menjadi gaun indahmu
Sesak didada tanda kau telah tiada
Janjiku yang akan senantiasa membara
Menjaga setiaku hanya untukmu
Meski akan ada penggantimu
Pastikan hanya kamu yang menjadi cinta pertamaku
Tunggu aku yang akan menjemputmu
Disurga kita akan bersatu
0 komentar:
Posting Komentar